chocoprince

menu

Rabu, 18 Maret 2009

wetland project






Geografis
·     Koordinat : 3° 23' 55.7" S dan 114° 49' 32.5" E
·     Topografi : Datar.
·     Tanah : tekstur tanah liat
·     Geologi : Batuan dasar berbentuk dari cekungan dari batuan metamorf, permukaan ditutupi  oleh kerakal, kerikil, pasir dan lempung.
·      Tipe iklim : tropis
  Geologi : 
Daerah lahan basah pada desa tungkaran ini relative biasa seprti kebanyakan daerah serupa yang terdapat di Kalimantan. Daerah ini merupakan kawasan yang tergenang oleh air dangkal sekitar 20 cm hingga 140 cm. secara topografipun kawasan lahan basah ini merupakan daerah daratan yang tidak bergunung dan jarang sekali ditemukan jalan merbukit.
Hidrologi
System perairan lahan basah ini bersumber dari air hujan dan air tanah juga aliran air yang mengalir kemuara sungai barito, dengan kedalaman yang kurang dari 6 meter, kawasan rawa yang terdapat pada desa tungkaran ini dapat dikatagorikan sebagai lahan basah. Dalam hal pH, lahan basah ini memiliki pH berkisar antara 8 – 9 derajat keasaman dan airnya bersifat basa. Hal ini diperkuat dengan tumbuh dengan subur enceng gondok yang dapat dilihat hamper menutupi sebagian besar kawasan lahan basah tersebut. Air di rawa ini tergolong air yang kotor, karena eceng gondok hanya dapat hidup di air kotor. Tetapi, makhluk hidup didalamnya masih dapat tetap hidup karena eceng gondok dapat menyerap atau mengikat logam-logam berat di air rawa tersebut seperti merkuri (Hg), tembaga (Cu), kadmium (Cd), nikel (Ni), timbal (Pb), besi (Fe) chrom (Cr) dan seng (Zn) sehingga makhluk hidup di dalamnya dapat bertahan hidup. Apabila tidak ada eceng gondok, daging ikan yang telah tercemar oleh logam berat tersebut dapat membahayakan apabila dikonsumsi.Akumulasi logam berat di tubuh manusia, dalam jangka panjang, dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit minamata, bibir sumbing, kerusakan susunan saraf, dan cacat pada bayi.

Vegetasi
Kawasan lahan basah ini banyak ditumbuhi dengan tumbuhan liar yang tumbuh dan dapat dikatagorikan dalam beberapa bagian, yaitu:
1.   Kelompok pepohonan, misalnya:
a. Pohon jambu biji
b. Pohon kelapa
2.   Kelompok semak belukar
a. Purun tikus yang dapat mereduksi kadar logam berat pada air
3.   Tumbuhan tanah
a. Rerumputan
4.   Tumbuhan air
selain itu juga terdapat banyak tanaman yang dapat banyak tanaman obat yang dapat tumbuh dengan subur dalam kawasan lahn basah tersebut antara lain:
1. eceng gondok, yang dipercaya dapat menyembuhkan kulit yang bengkak
2. kangkung, berkhasiat sebagai obat insomia
3. buah jambu, berkhasiat sebagai anti diare
4. padi
Dan banyak lagi tanaman yang kurang diketahui nama dan fungsinya herbalnya. Mulai dari tanaman sejenis rerumputan hingga pepohonan. Yang pasti tanaman tersebut memperkaya vegetasi lahan basah tersebut.
Habitat
Pada umumnya hewan yang terdapat pada lahan basah ini adalah jenis hewan air misalnya: ikan, siput, katak, belut, ular dan yang sejenisnya. Untuk golongan serangga, yang terlihat sangat nampak adalah nyamuk, belalang karena sumber kehidupannya sangat banyak terdapat disana contohnya tumbuh-tumbuhan hijau (eceng gondok). Jenis ikan yang terdapat disana antara lain adalah ikan gabus, sepat, papuyu, cupang sungai, sepat siam dan ikan-ikan air tawar lainnya. Ikan gabus sangat lah kaya akan albumin pada setiap dagingnya, albumin sendiri merupakan sejenis protein yang dapat menggantikan sel-sel yang rusak pada tubuh.

Manusia dan Alam
Kawasan lahan basah pada derah ini yang dominan terlihat disepanjang kawasannya adalah eceng gondok yang menutupi sebagian besar daerah itu. Saat pertama kali sampai kewilayah lahan basah yang terdapat pada desa tungkaran ini hanyalah tempat lahan basah yang belum dieksploitasi nilai-nilai ekonomi yang terkandung didalamnya. Sebenarnya permanfaatan fungsi lahan basah yang dilakukan oleh penduduk sekitar sangatlah kuno dan hanyalah seadanya. Lahan basah pada hakikatnya memiliki sejuta potensi yang tertanam didalamnya baik dalam segi penilaiannya yaitu:
1) Market Price Method
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis untuk produk-produk dari ekosistem atau jasa/manfaat dari ekosistem tersebut yang diperjualbelikan di pasar-pasar komersial.
2) Productivity Method
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis bagi produk-produk ekosistem atau jasa/manfaat dari ekosistem tersebut yang turut mendukung produksi barang-barang yang dijual secara komersial.
3) Hedonic Pricing Method
Metode ini memperkirakan nilai ekonomis dari ekosistem atau jasa/manfaat dari lingkungan yang secara langsung mempengaruhi harga pasar beberapa barang. Metode ini paling banyak diaplikasikan dalam variasi harga tempat tinggal yang menggambarkan nilai dari atribut lingkungan setempat.
4) Travel Cost Method
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis yang terkait dengan menggunakan ekosistem atau situs yang digunakan untuk rekreasi.
5) Damage Cost Avoided, Replacement Cost, and Substitute Cost Methods
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis yang didasarkan atas biaya penghindaran dari bahaya yang diakibatkan oleh hilangnya jasa/manfaat dari suatu ekosistem, biaya untuk penggantian jasa/manfaat dari ekosistem, atau biaya untuk menyediakan penggantian jasa/manfaat dari ekosistem tersebut.
6) Contingent Valuation Method
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis untuk segala macam ekosistem dan jasa-jasa lingkungan. Metode ini dapat digunakan untuk memperkirakan nilai komoditas yang diperdagangkan atau yang tidak, dan metode ini adalah metode yang digunakan secara luas untuk memperkirakan nilai komoditas yang tidak diperdagangkan. Metode ini juga merupakan mteode yang paling kontroversial dari metode penilaian non pasar.
7) Contingent Choice Method
Metode ini digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomis untuk berbagai ekosistem atau jasa/manfaat lingkungan secara virtual. Metode ini berdasarkan pertanyaan pada orang-orang untuk membuat penawaran antara menetapkan ekosistem atau jasa/manfaat lingkungan. Metode ini tidak langsung menanyakan keinginan’kerelaan untuk membayar.
8) Benefit Transfer Method
Metode ini digunakan memperkirakan nilai ekonomis suatu ekosistem dengan cara mentransfer perkiraan adanya keuntungan dari pembelajaran yang telah diselesaikan bagi lokasi lain.
Jika penduduk sekitar diberikan pembelajaran tentang mengenai hal-hal diatas bukan sekedar melakukan alih fungsi lahan basah yang sederhana misalnya hanya untuk tempat pembuangan sampah, memancing, peternakan, dan hal-hal lainnya. Dan penduduk sekitar diberikan penyuluhan yang intensif akan tetapi efisien. Ambil saja contoh kecilnya yaitu pengekstrakkan tumbuhan obat yang banyak tumbuh disana, tentunya akan menghasilkan nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Apabila tenaga farmasi mau berkerjasama untuk pengekstrakan tersebut kepada penduduk sekitar tentunya akan memberikan kontribusi akan denyut perekonimian yang akan kembali bergoyang. Misalnya, dapat dilakukan dengan pengobatan alternatif yang kembali kealam yang diperlukan sosialisasi alternatif penggunaan pengobatan tradisional berupa obat herbal atau fitofarmaka dengan tetap mengacu pada persyaratan aman dan memenuhi standar mutu yang didukung oleh uji klinis (praklinik). Pada umumnya potensi fitofarmaka di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan obat sintetik-kimiawi yakni mampu meningkatkan fungsi tubuh (bioavailability), bahan baku yang melimpah, murah, relatif mudah diperoleh hingga efek samping yang relatif rendah.
Baca Selengkapnya...